Perkumpulan Pengelola Hutan Adat- Dayak Abay Sembuak- Malinau Kaltara

Perkumpulan Pengelola Hutan Adat Dayak Abay Sembuak (PPHA-DAS) didirikan pada tahun 2018 dikelola delapan orang pengurus yang diketuai Zakaria. Anggota PPHA-DAS adalah seluruh masyarakat adat Sembuak.  Pembentukan PPHA-DAS bertujuan untuk menyelamatkan ekosistem, khususnya daerah aliran Sungai Sembuak dan hutan tersisa di wilayah adat Dayak Abay Sembuak. Dengan melakukan pengawasan terhadap perusakan hutan, rehabilitasi pemanfaatan hasil hutan bukan kayu secara lestari untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Dayak Abay di Malinau.

Lokasi Hutan  Dayak Abay Sembuak  berjarak  6 km dari pusat kota Malinau kerap menjadi incaran perusahaan  untuk dikonversi. Masyarakat telah menolak setidaknya empat perusahaan HPH dan HTI yang mengantongi izin konsesi. Tingginya ancaman konversi lahan oleh privat memotivasi masyarakat adat DAS  melalui PPHA-DAS untuk melindungi wilayah adatnya berupa bentangan tanah, air, sungai, danau, hutan dan ekosistem agar dimanfaatkan bersama selaras dengan tradisi dan  kearifan lokal.

Keanekaragaman hayati hutan adat Dayak Sembuak seluas 64.203 ha memiliki kemiripan dengan Taman Nasional Kelian Mentarang. Dari identifikasi, setidaknya hutan adat Abay Sembuak memiliki tujuh jenis tanaman penyedap rasa, 17 tanaman obat, empat  jenis kayu untuk penyembuhan, 42 pohon buah, sembilan jenis rambutan, tujuh jenis mangga, delapan jenis durian, 10 jenis padi ladang, delapan jenis padi ketan. Ikan Sungai Sembuak ada 65 jenis, 26 jenis burung, 51 hewan melata dan ampibi serta 40 jenis fauna lainnya, termasuk 15 diantaranya fauna dilindungi.

Secara swadaya, pengelolaan wilayah adat DAS selalu melibatkan pemuda adat.  Merujuk pada peraturan adat, mereka aktif melakukan penyelamatan dan pengamanan wilayah adat dengan tiga pos jaga, pembuatan zonasi kawasan  meliputi Tanah Femagunan (Areal pemekaran pemukiman), Tana Umo ( Tanah perladangan), Tana Malayang (Tanah persawahan), Tana Kabayagan (Hutan untuk kehidupan/mata pencaharian), Tana Sunnu  (Hutan untuk destinasi wisata) dan Tana Togomon (Tanah Terlarang/Keramat). Warga  aktif mengkonservasi flora, menerapkan larangan pemakaian  racun ikan, pengambilan kayu hutan, perburuan satwa dan penerapan sanksi adat bagi pelanggar.

Dengan upaya yang dilakukan, aktifitas penebangan, perburuan dan pengambilan ikan dengan bom berkurang. Sehingga hutan adat tetap lestari. Penghargaan Kalpataru sebagai penguat  semangat  untuk menjaga wilayah. Bagi mereka, hutan adat adalah jantung dan nadi kehidupan. Keberlanjutan hutan adat harus terjaga untuk generasi selanjutnya, karena jika hutan hilang maka masyarakat adat Dayak Abay pun terancam hilang.

Penulis: Puji-Kehati, Tenaga Teknis Kalpataru
Editor: Nurhayati

Ranger Perempuan dari Damaran Baru, Bener Meriah

Sekelompok Pencinta Alam di Desa Damaran Baru berkumpul pada tahun 2010. Kegiatan utama mereka mendaki gunung api Bur Ni Telong dengan ketinggian 2500 mdpl. Selama Pendakian mereka menyusuri hutan dan sungai yang ada di Damaran Baru.

Desa Damaran Baru merupakan Desa langanan banjir, BNPB menetapkan Desa Damaran Baru sebagai Desa Rawan Bencana. Ada Daerah Aliran Sungai (DAS) Wih Gile, yang tiap tahun rawan mengantarkan luapan air dari hulu sungai hutan Bener Meriah.

Awalnya masyarakat percaya, itu hanyalah bencana dari Tuhan. Padahal Kelompok Pencita alam Bur Ni Telong sudah seringkali mengingatkan bahwa kerusakan gunung Bur Ni Telong dan kawasan hutan Damaran Baru bukan karena bencana yang diturunkan Tuhan, melainkan karena mulai berubah fungsi alamnya dari Hutan Lindung menjadi perkebunan dan penebangan.

Himbauan sudah sejak tahun 2010, empat tahun lamanya sampai akhirnya kelompok ini membetuk LSM yang bernama Bur Ni Telong dan disahkan oleh pemerintah Bener Meriah pada tahun 2014. Tahun 2015 terjadi bencana banjir bandang di desa Damaran Baru melalui sungai Wih Gile yang membawa luapan air, lumpur, pasir dan batu-batuan yang meluncur dari hutan Damaran Baru dan gunung Bur Ni Telong.

Dampak banjir bandang menyadarkan para penduduk, untuk segera membuat satgas perlindungan hutan Damaran Baru. Proses ini awalnya dilakukan selama dua tahun masih bersama LSM Bur Ni Telong dilakukan oleh beberapa laki-laki. Pada tahun 2016 LSM Bur Ni Telong mulai melibatkan perempuan yang menurut mereka geram mendengar banyaknya perusakan lingkungan di hutannya. Dengan melibatkan perempuan proses perubahan perilaku, para perusak lingkungan makin berkurang. Pada tahun 2017 terbentuklah LPHK Damaran Baru yang terdiri dari 42 orang, 23 perempuan dan 19 laki-laki, tugasnya melakukan perlindungan Hutan Damaran Baru. Kelompok ini disahkan oleh Kepala Desa Damaran Baru. Karena melibatkan perempuan LPHK Damaran Baru lebih dikenal dengan sebutan Ranger Perempuan atau “Mpu Uteh”, oleh warga sekitar.

Dengan keberadaan LPHK Damaran baru dan Mpu Uteh-nya. Sekarang ini sudah tidak terjadi lagi banjir di desa tersebut, dan menurut citra satelit tutupan lahan mulai berangsur-angsur membaik.

Kekukuhan kelompok inilah yang akhirnya pada tahun 2019, mendapatkan kepercayaan pemerintah untuk turut menjaga, memanfaatkan dan melindungi hutan Damaran Baru melalui Perhutanan Sosial dalam skema Hutan Desa seluas 251 ha.

Penulis: Mashury Alif

Editor: Nurhayati

Muhammad Ikhwan AM

Muhammad Ikhwan lelaki berumur 43 tahun lahir di Maros tanggal 10 Oktober 1980 merupakan penduduk asli Desa Salenrang, Kabupaten Maros dimana Karst Rammang-rammang berada. Ikhwan adalah seorang aktivis pecinta lingkungan sejak sekolah, menjadikannya peka pada masalah sosial dan lingkungan disekitar. Kecintaan beliau terhadap alam sudah dirasakan sejak mengecap pendidikan di Madrasah Aliyah.

Ikhwan, sejak usia remaja, telah memperjuangkan mimpinya untuk mempertahankan dan mewariskan budaya masyarakat (kearifan lokal) akan pentingnya kawasan Kars bagi generasi mendatang. Dia juga membuktikan bahwa kegiatan pertambangan batuan marmer merusak lingkungan dan hanya sesaat memberikan manfaat ekonomi, lingkungan dan wisata berbasis masyarakat. Semua biaya itu berasal dari hasil kerjanya sebagai tukang bengkel motor, kadang dibantu dari gaji istrinya yang seorang guru.

Kegiatan yang Ikhwan lakukan adalah mengadvokasi penyadaran masyarakat, pemerintah dan juga perusahaan agar kegiatan ekstraktif tidak dilakukan untuk mengeksploitasi Kawasan Karst di Desa Salenrang. Selain advokasi, Ikhwan juga merintis kegiatan ekowisata Kawasan Rammang–rammang agar masyarakat dapat memanfaatkan Kawasan karst untuk peningkatan taraf hidup di Desa Salenrang.

Selama 17 tahun Ikhwan termotivasi untuk merintis mempertahankan keberadaan Kars. Konsistensi serta pengorbanannya dalam menghadapi segala resiko telah diakui dan mengubah pola pikir banyak pihak. Ikhwan aktif dan membangun jejaring sesama aktivis lingkungan untuk bersama – sama mengadvokasi masyarakat tentang konservasi lingkungan di Provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan ini juga menyadarkan publik akan pentingnya fungsi kawasan Karst yang merupakan kawasan esensial. Kawasan yang berfungsi sebagai penyeimbang ekosistem meliputi kekayaan flora dan fauna serta sebagai penyimpan cadangan air.

Kegiatan advokasi yang dilakukan pada akhirnya berbuah keberhasilan karena pada tahun 2013 izin tambang berhasil dicabut pemerintah daerah.  Tidak hanya sampai dalam hal penarikan izin tambang, advokasi yang dilakukan Ikhwan juga mengantarkan Kawasan Karst Rammang – rammang untuk mendapatkan penghargaan sebagai UNESCO Global Geopark yang merupakan kawasan terbesar kedua di dunia setelah China yang akan diberikan pada September 2023.

Ikhwan memiliki harapan dengan advokasi yang dilakukan dapat melestarikan dan menjaga Kawasan karst dari ancaman eksploitasi ekstraktif yang muncul kapan saja. Pengakuan yang diberikan merupakan pengingat akan pentingnya Kawasan karst untuk menjaga keseimbangan alam sebagai satu ekosistem serta memiliki banyak manfaat bagi kehidupan. Ekowisata Rammang – rammang yang hadir di Kawasan karst Desa Salenrang hanya sebagai bonus yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat.

Penulis: Dadang K & Andreas M Pardede

Editor: Nurhayati

Petronela Merauje, Bersama Perempuan Menjaga Hutan Perempuan

Petronela Merauje adalah seorang ibu rumah tangga yang lahir di Jayapura pada tanggal 21 Februari 1981. Perempuan asli Kampung Enggros, Kecamatan Abepura, Kota Jayapura ini adalah seorang tokoh perempuan yang berpengaruh dalam perlindungan Hutan Perempuan (Tonotwiyat) dan Teluk Youtefa. Ketertarikannya pada isu perempuan dan lingkungan hidup dimulai pada tahun 2010 saat terlibat dalam kegiatan aksi penanaman mangrove bersama Forum Peduli Port Numbay Green (FPPNG).

Perempuan yang saat ini berusia 42 tahun dan lebih akrab dipanggil dengan nama “Mama Nela” ini merasa terpanggil untuk menjaga Hutan Perempuan karena banyaknya sampah yang hanyut terbawa arus dan menurunnya luasan hutan mangrove tersebut karena pembangunan. Hutan Perempuan memiliki arti penting bagi para perempuan di Kampung Enggros. Hutan Perempuan adalah hutan mangrove yang berada di Teluk Yotefa yang menjadi tempat untuk

para perempuan “bersuara” karena secara adat perempuan di Suku Enggros tidak memiliki hak suara. Saat berada di Hutan Perempuan, para perempuan tersebut tidak memakai busana (telanjang) dan laki-laki dilarang masuk. Bagi laki-laki yang melanggar aturan ini akan dikenakan denda adat.

Bagi Mama Nela menyelamatkan keberadaan mangrove di Hutan Perempuan sama pentingnya dengan menyelamatkan peran perempuan di Kampung Enggros. Hal ini mendorong Mama Nela untuk melakukan kegiatan penanaman mangrove mencapai 20.000 bibit secara mandiri untuk menjaga kerapatan hutan mangrove agar para perempuan yang berada di dalam Hutan Mangrove yang tidak menggunakan busana tersebut tidak terlihat dari luar hutan. Selain itu juga untuk menjaga habitat kerang yang menjadi mata pencaharian utama perempuan di Kampung Enggros.

Di dalam Hutan Perempuan tersebut Mama Nela melakukan pemberdayaan perempuan dengan memberikan pelatihan kepada perempuan dalam mengelola sampah menjadi souvenir yang dijual kepada wisatawan, selain itu juga diberikan pelatihan untuk mengolah buah mangrove menjadi makanan seperti es krim, puding, nugget, dan lainnya. Kegiatan pembinaan tidak hanya dilakukan di Kampung Enggros tetapi juga dilakukan di lima kelompok binaan lainnya di luar Kampung Enggros. Mama Nela berharap melalaui upaya advokasi dan penyelamatan lingkungan yang dilakukannya, peran perempuan di Kampung Enggros dapat diakui serta tumbuhnya kesadaran pada setiap perempuan tentang  rasa memiliki Hutan Perempuan sehingga terus dapat menjaga nilai adat hutan sebagai identitas budaya.

Penulis: Tim Kalpataru

Profil Penerima Kalpataru 2023: Arsyad Dari Pota Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Penyelamat Komodo Langka

Arsyad, pria kelahiran Pota, adalah seorang tenaga harian lepas (THL) dari Dinas Pariwisata Kab. Manggarai Timur, NTT. Bekerja sebagai petugas loket dan penjaga kebersihan di obyek wisata yang berada di wilayah Kelurahan Pota. Arsyad melakukan kegiatan penyelamatan Biawak Komodo Flores itu berangkat dari keprihatinan beliau atas persepsi masyarakat terhadap Biawak Komodo Flores yang dianggap sebagai hama karena menyerang ternak warga.

Kegiatan yang dilakukan Arsyad sejak tahun 2006 dengan biaya sendiri bahkan sampai hutang bank. Akhirnya membuahkan hasil berupa perubahan persepsi dan perilaku masyarakat terhadap eksistensi Biawak Komodo Flores. Bukan hanya itu saja, kecintaan beliau terhadap jenis satwa ini diwujudkan juga dengan mendirikan Pusat Informasi Komodo yang dibangun di areal halaman rumahnya. Melalui pusat informasi ini Arsyad banyak memberikan edukasi ke publik tentang Biawak Komodo Flores dan pentingnya menjaga kelestarian jenis satwa ini. Tamu yang datang ke pusat informasi ini berasal dari berbagai kalangan, antara lain; masyarakat lokal, kaum pelajar dan akademisi, ilmuwan, turis domestik maupun asing.

Selain melakukan kegiatan penyelamatan fauna yang hampir punah, Arsyad juga melakukan kegiatan konservasi mangrove di kawasan pesisir Pota. Pada tahun 1992 gempa kuat di Maumere berdampak hingga ke Pota. Beliau melakukan penanaman mangrove di pesisir Pota dan sekitarnya, untuk mengurangi dampak bencana terulang kembali. Ketika peristiwa itu terjadi memberikan dampak terhadap lingkungan serta mengganggu stabilitas perekonomian masyarakat.

Selain bertugas menjaga lingkungan di beberapa lokasi obyek wisata di Kelurahan Pota dan sekitarnya, Arsyad juga pernah didapuk sebagai penyuluh sanitasi. Atas dasar inisiatif sendiri beliau mempelopori pembuatan sarpras WC di rumah warga sambil mengedukasi masyarakat tentang pola hidup sehat dan bersih.

Selama merawat komodo Arsyad telah menemukan inovasi pengobatan herbal untuk komodo. Pernah ada komodo yang putus lidahnya, diobati dengan obat herbal dari kunyit, luar biasa, lidah itu tumbuh normal kembali.

Arsyad berharap agar pemerintah dan serta masyarakat memberikan dukungan nyata atas kelestarian jenis Biawak Komodo asal Flores yang hampir punah ini maupun konservasi mangrove di Kawasan pesisir. Bukan saja untuk kepentingan di masa kini, tetapi juga untuk keberlanjutan di masa depan.

Penulis: Mey Peggy Roselina Tambunan

Editor: Nurhayati

Yayasan Ulin Kutim Terima Kalpataru dari KLHK, Suimah : Kalpataru Hanya Bonus

JAKARTA – Usai menerima penghargaan Kalpataru dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia (RI) Prof Siti Nurbaya Bakar, bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Senin (5/6/2023) di Jakarta, Ketua Yayasan Ulin, Muara Ancalong, Kabupaten Kutai Timur (Kutim) Suimah menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung keberadaan Yayasan Ulin selama ini. Dia mengaku bersama rekannya yang lain tak pernah menarget untuk meraih penghargaan apa pun.

“Kami hanya menjalankan program pro lingkungan demi pelestarian alam sekaligus melindungi spesies langka yang ada di Kabupaten Kutim. Tidak ada target, penghargaan adalah bonus bagi kami (Yayasan Ulin). Tujuan kami lebih kepada pengelolaan area yang memiliki nilai konservasi tinggi. Di luar kawasan konservasi yang ada,” tegasnya di Auditorium DR Soedjarwo, Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta

Kendati begitu, ia dan pengurus Yayasan Ulin lainnya tetap merasa bangga dan senang. Pasalnya penghargaan Kalpataru tentunya bisa menjadi “lencana” bagi Yayasan Ulin. Untuk tetap memegang komitmen pelestarian lingkungan. Terutama dalam memanajemen konservasi dan pengelolaan di lahan basah Long Mesangat sebagai habitat buaya.

Sementara itu Kepala DLH Kutim Armin Nazar merasa ikut bangga dan bahagia atas pencapaian Yayasan Ulin Muara Ancalong.

“Alhamdulillah dari Kabupaten Kutai Timur bisa masuk satu kategori penerima penghargaan. Yakni Yayasan Ulin dari Desa Kelinjau Ulu, Kecamatan Muara Ancalong,” kata Armin saat mendampingi Suimah.

Prestasi yang direngkuh Yayasan Ulin kali ini tentunya menjadi kebanggaan banyak pihak. Karena nama Kabupaten Kutim masih tercatat sebagai penerima penghargaan lingkungan tahun ini. Didampingi Kabid Penataan dan Pengembangan Kapasitas DLH Kutim Nurrahmi Asmalia, Armin menegaskan bahwa prestasi tersebut menjadi kebanggaan sekaligus motivasi semua pihak agar berbuat lebih baik. Khususnya dalam meningkatkan upaya-upaya pelestarian lingkungan di Kabupaten Kutim. Demi menunjang keberlangsungan hidup yang baik di masa depan. (*)

(BN01.mn)_(Adv.Diskominfoperstikkutim)

Sumber:

https://www.borneonusantara.id/2023/06/06/yayasan-ulin-kutim-terima-kalpataru-dari-klhk-suimah-kalpataru-hanya-bonus/

Jadi Local Hero, Dani Arwanto Kader Binaan Pertamina Lubricants Raih Penghargaan Kalpataru dari Menteri LHK

Jadi Local Hero, Dani Arwanto Kader Binaan Pertamina Lubricants Raih Penghargaan Kalpataru dari Menteri LHK (Dok.PT Pertamina Lubricants)

Novia– Sabtu, 10 Juni 2023

Kabar BUMN – Dani Arwanto menerima penghargaan Kalpataru 2023 kategori Perintis Lingkungan karena ia dinilai berjasa dalam menjaga serta memelihara lingkungan dan kehutanan Indonesia.

Melalui kegiatan pertanian perkotaan, Dani Arwanto berhasil mengatasi masalah sosial, budaya, dan lingkungan di wilayah metropolitan yang secara geografis rentan terhadap dampak perubahan iklim.

Dani Arwanto adalah salah satu kader binaan dan sekaligus ketua dari program TJSL/CSR Production Unit Jakarta PT Pertamina Lubricants, yaitu Kampung Iklim GH Cemara 001 Tugu Utara.

Penghargaan Kalpataru 2023 tersebut diserahkan langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar di Gedung Manggala Wanabakti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jakarta Senin lalu.

Dalam kesempatannya, Siti menyampaikan bahwa penerima penghargaan Kalpataru merupakan tokoh pejuang di bidang lingkungan hidup dan kehutanan.

Penghargaan itu juga menjadi amanat bagi penerimanya untuk tetap menjaga dan meningkatkan kepeloporan serta berbagai upaya berbagai dalam memelihara serta mengelola lingkungan hidup dan kehutanan.

Setelah sesi penganugerahan, seluruh penerima Kalpataru 2023 beserta dengan Anggota Dewan Pertimbangan Penghargaan Kalpataru, Dr. Imam B. Prasodjo dan Direktur Kemitraan Lingkungan Kementerian LHK, Jo Kumala Dewi mengunjungi RW 001 Tugu Utara meninjau langsung kegiatan perbaikan dan pengembangan lingkungan.

Adapun kegiatan-kegiatan tersebut termasuk gang hijau, budidaya anggur, hidroponik, budidaya maggot, ikan hias, dan ikan konsumsi, serta bank sampah.

Imam menilai bahwa keberhasilan perubahan lingkungan di RW 001 Tugu Utara dimanfaatkan baik oleh Dani Arwanto dan seluruh warganya dengan berkolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan swasta atau dalam hal ini PT Pertamina Lubricants.

Kemudian ia juga menyampaikan harapannya agar Dani menjadi figur yang terus menginspirasi gerakan perubahan lingkungan selanjutnya.

Dody Arief Aditya, Manager Production Unit Jakarta, menyampaikan, “Selamat atas terpilihnya Dani selaku penerima penghargaan Kalpataru. Semoga hal ini semakin menambah semangat sinergi dan kolaborasi bersama Pertamina Lubricants untuk terus berkarya ke depan dan berkontribusi terhadap pencapaian target Program Kampung Iklim (ProKlim) 20.000 lokasi pada Tahun 2024 yang dicanangkan Pemerintah,” jelasnya.

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso menyambut positif penghargaan yang diterima oleh Dani sang pahlawan lingkungan.

Menurutnya, program tersebut sejalan dengan program Pertamina dalam pelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Selain fokus mengelola bisnis utama, kami juga menunjukkan kepedulian pada masyarakat melalui program tepat sasaran, yang bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat,” pungkasnya.***

Sumber:

https://www.kabarbumn.com/rilis-bumn/11802276/jadi-local-hero-dani-arwanto-kader-binaan-pertamina-lubricants-raih-penghargaan-kalpataru-dari-menteri-lhk?page=1

Selamat, Kepala Desa Wisata Cibuntu Kuningan Raih Penghargaan Kalpataru Bidang Pengembangan Jejaring Ekowisata

Kepala Desa Cibuntu, H. Awam menerima penghargaan Kalpataru dari Menteri LHK, Siti Nurbaya Bakar di Jakarta pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023. (instagram.com/@disporapar_kuningan)

KABAR ALAM – Desa Wisata Cibuntu, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, meraih penghargaan Kalpataru pada Bidang Pengembangan Jejaring Ekowisata dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Penghargaan Kalpataru untuk Desa Wisata Cibuntu dari KLHK diberikan pad peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni 2023.

Penghargaan Kalpataru diterima Kepala Desa Cibuntu, H. Awam dari Menteri LHK, Siti Nurbaya Bakar di Jakarta pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023.

Usai memberikan penghargaan, Menteri Siti menyampaikan, keberadaan Penghargaan Kalpataru sangat penting.

Hal tersebut mengingat secara prinsip, pendekatan penanganan, perlindungan dan pengelolaan lingkungan harus dilakukan dengan pendekatan konstitusionalitas dan prosedural.

“Aktualisasinya dalam bentuk dan orientasi partisipasi yang lebih dan semakin luas atau wider participation, adopsi kebijakan-kebijakan yang berorientasi hijau serta jelasnya kaitan antara partisipasi dan hasil atau keluaran yang makin kental dimensi kelestariannya atau greener outcome,” ujarnya seperti dikutip dari siaran pers KLHK.

Khas Pedesaan

Terletak di kaki Gunung Ciremai, Desa Wisata Cibuntu di Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, menawarkan kesejukan, panorama alam dan suasana khas pedesaan.

Selain itu, karena mengusung konsep pemberdayaan masyarakat, Desa Wisata Cibuntu juga menyajikan berbagai atraksi seni dan budaya.

Berdasarkan informasi yang dikutip KABARALAM.com dari akun Instagram @visitwisatacibuntu, di Desa Wisata Cibuntu pengunjung akan diperkenalkan dengan sejumlah atraksi seni dan budaya serta berbagai wisata edukasi.

Beberapa wisata edukasi yang bisa dirasakan pengunjung di Desa Wisata Cibuntu antara lain pertanian, peternakan, kesenian dan kriya.

Untuk objek daya tarik wisata alam, Desa Wisata Cibuntu memiliki air terjun, mata air, situs purbakala, kolam renang dan terapi ikan.

Sedangkan fasilitas yang tersedia ada homestay dan camping ground yang bisa digunakan pengunjung untuk menginap.***

Sumber: Selengkapnya baca di https://www.kabaralam.com/berita/5939049913/selamat-kepala-desa-wisata-cibuntu-kuningan-raih-penghargaan-kalpataru-bidang-pengembangan-jejaring-ekowisata?page=2

Sosok Asep Hidayat Mustopa, Mantan TKI Penerima Kalpataru dari Sukabumi Berkat Desa Wisata Hanjeli

 

TRIBUNPRIANGAN.COM, SUKABUMI – Asep Hidayat Mustopa berhasil meraih penghargaan Kaplataru 2023 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Pria yang akrab disapa Abah Asep itu mendapatkan penghargaan Kalpataru 2023 kategori perintis lingkungan.

Ia berhasil mengembangkan Desa Wisata Hanjeli di Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

“Lewat Hanjeli kami memberikan pesan bahwa anak desa mampu melakukan sesuatu yang terbaik, siapapun bisa berbuat kebaikan dan bisa berbicara di tingkat nasional, suatu kebaikan itu bisa kita capai asal komitmen dan teguh pendirian,” kata Abah Asep kepada Tribun, Jumat (9/6/2023).

Ia menjelaskan, Desa Wisata Hanjeli dirintis sejak 13 tahun lalu sampai akhirnya ia mendapatkan penghargaan Kalpataru 2023.

“Sebuah perjalanan panjang selama 13 tahun ini. Alhamdulillah, mengantarkan kami mendapatkan penghargaan tertinggi yaitu Penghargaan Kalpataru 2023 dari Kementerian KLHK RI,” jelasnya.

Tak hanya penghargaan pribadi sebagai perintis lingkungan dalam anugrah Kalpataru 2023, Desa Wisata Hanjeli juga masuk dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022.

“Sebuah perjalanan panjang selama 13 tahun ini. Alhamdulillah, mengantarkan kami mendapatkan penghargaan tertinggi yaitu Penghargaan Kalpataru 2023 dari Kementerian KLHK RI,” jelasnya.

Tak hanya penghargaan pribadi sebagai perintis lingkungan dalam anugrah Kalpataru 2023, Desa Wisata Hanjeli juga masuk dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022.

“Kami banyak belajar dengan konsep Pentahelix (multipihak) mulai dengan peran para akademisi, pelaku usaha, organisasi/komunitas, pemangku kebijakan dan para media. Untuk menjemput mimpi ini pastinya memiliki proses yg panjang dan paling penting adalah jangan lelah berproses,” kata Abah Asep.

“Rumusnya sangat sederhana yaitu upgrade skill / openmind, berjejaring, konsisten dan adaptif,” jelasnya

Sosok Abah Asep

Dilansir dari nakeronline.com, Asep Hidayat Mustopa, kelahiran 1978, adalah seorang mantan pekerja migran atau pekerJa migran Indonesia (PMI) Purnadari Kabupaten sukabumi yang dikenal luas sebagai pemuda pelopor pembudiayaan tanaman hanjeli di daerahnya.

Pada tahun 2007 Asep berangkat ke Arab Saudi untuk bekerja sekaligus ingin mewujudkan keinginannya melaksanakan ibdah umroh da haji.

Sebelum berangkat sudah ada keahlian yaitu Bahasa Arab karena dulu pernah mondok di pesantren dan Kaligrafi yang diajarkan di pondok.

Kerja di Arab Saudi karena ada ada tawaran, lalu ikut test di LIPIA Jakarta . Dari 20 orang yang lulus hanya 4 orang yang diberangkatkan.

Setelah dinyatakan lulus test, lanjut membuat paspor di Tangerang dengan skema ditanggung oleh perusahaan dan sebagian dipotong gaji.

Selama di Arab Saudi dia bekerja di Perusahaan Maktabah El-Manar Kota Zulfi, salah satu galery kaligrafi/ Seni untuk kebutuhan tulisan dan pesanan orang arab.

Selama di Arab Saudi banyak sukanya yaitu banyak pengalaman baru, bisa ikut berorganisasi warga Indonesia yang ada di kota Zulfi, bisa ikut umrah dan haji Gratis, banyak jejaring yang dibangun dengan teman- teman se-Indonesia. Dukanya, jauh dari keluarga, harus menyesuikan dengan musim panas dan dingin.

Asep hanya bekerja selama 2 tahun, sesuai kontrak. Saat ditawartkan memperpanjang kontrak, Asep minta perobahan sistem gaji.

Dia ajukan sistem bagi hasil agar penerimaannya lebih besar. Bagi hasil ini diajukannya sebagai hal yang wajar dan adil. Karena dia merasa keahliannya sebagai pembuat kaligrafi butuh sentuhan seni tinggi dan hasilnya telah dirasakan oleh perusahaanya.

Walhasil, permintaannya ini ditolak perusahaan. Upahnya selama bekerja, sebagian di kirim ke orang tuanya di Sukabumi. Sebagian lagi dia simpan untuk bekal dia pulang jika selesai kontrak.

Pada 2009, Asep kembali ke tanah air. Pengalamannya bekerja di Arab Saudi dengan lakunya hasil karyanya membuat keyakinannya bahwa dengan keahlian membuat kaligrafi, dia bisa bisa berkarya dan berkreasi di Indonesia.

Setelah pulang ke Sukabumi, Asep kembali sebagai kaligrafer proyek melukis kaligrafi di masjid, ikut lomba MTQ, mengajar di sekolah dan lain lain. Sambil kuliah di Universitas Terbuka , namun hanya 4 semester saja dilakoninya.

Sambil melakoni kegiatannya itu, Asep berniat melakukan awal kegiatan Expedisi Indonesia, dengan menggunakan dana yang dikumpukan dari upahnya di Arab Saudi.

Karena keluarga ada yang sakit jadi niatnya hanya ekspedisi Sukabumi saja. Setelah keliling Sukabumi dengan melihat segala potensi lalu Asep mencoba eksplore Kuliner. Bahkan dulu dia sempat jualan beras hitam, beras merah, madu hingga menjual pangan lokal lainnya dan jatuh cinta terhadap pangan lokal Hanjeli karena kandungan Gizinya yg luar biasa.

Dari sinilah ide membudidayakan tanaman hanjeli. Karena masyarakat di Waluraan sudah turun temurun bahkan sebelum ada Belanda dan Jepang masyarakat Waluran sudah menanam hanjeli.

Sampai saat ini masih tetap berbudaya bila ada yang hajatan atau nikahan pasti ada menu yang dihidangkan dalam bentuk tape/ peuyuem. (M Rizal Jalaludin)

Sumber:
Artikel ini telah tayang di Tribunpriangan.com dengan judul SOSOK Asep Hidayat Mustopa, Mantan TKI Penerima Kalpataru dari Sukabumi Berkat Desa Wisata Hanjeli, https://priangan.tribunnews.com/2023/06/09/sosok-asep-hidayat-mustopa-mantan-tki-penerima-kalpataru-dari-sukabumi-berkat-desa-wisata-hanjeli.

Terima Kalpataru, Bupati Wempi Apresiasi PPHA-DAS

KBRN, Malinau : Bupati Malinau Wempi W Mawa mengapresiasi Perkumpulan Pengelola Hutan Adat Dayak Abai Sembuak (PPHA-DAS) atas penghargaan Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI yang diterima di Jakarta pada Senin (05/06).

PPHA-DAS memperoleh penghargaan Kalpataru 2023 untuk kategori Penyelamat Lingkungan.

Saat dimintai tanggapan pada Selasa (06/06), Bupati Wempi mengaku bangga terhadap apa yang dilakukan komunitas masyarakat setempat atas kontribusi mereka pada lingkungan, khususnya hutan adat Sembuak Warot.

“Saya memberikan apresiasi terhadap komunitas masyarakat di Sembuak Warot, terutama lembaga adat Abai yang telah mendapat pengakuan dan penghargaan dari kementerian lingkungan hidup terhadap Kawasan yang mereka jaga bersama sebagai kearifan lokal, jadi atas nama pribadi dan pemerintah daerah kami juga mengucapkan selamat atas penerimaan penghargaan kalpataru itu” Ucap Wempi.

PPHA-DAS merupakan salah satu dari 10 penerima penghargaan Kalpataru 2023 yang terpilih dari sekitar 300 peserta di seluruh Indonesia.

Selengkapnya baca di https://www.rri.co.id/malinau/daerah/255010/terima-kalpataru-bupati-wempi-apresiasi-ppha-das?utm_source=news_slide&utm_medium=internal_link&utm_campaign=General%20Campaign

Oleh: Ading Reflin – Editor: Rustam Sayuti