10th World Water Forum, Pemuda dan Sekolah Adiwiyata sebagai World Water Warrior

10th World Water Forum, Pemuda dan Sekolah Adiwiyata sebagai World Water Warrior

SIARAN PERS
Nomor: SP.106/HUMAS/PPIP/HMS.3/5/2024

Pusat Pengembangan Generasi Lingkungan dan Kehutanan (PPGLHK) KLHK mengangkat peran generasi muda dan peran sekolah Adiwiyata dalam upaya konservasi air dalam event internasional ”10th World Water Forum” di Nusa Dua Bali pada tanggal 22 Mei 2024.

Ade Palguna Ruteka, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM (BP2SDM) KLHK dalam sambutan pembukaannya menyampaikan “BP2SDM KLHK bertanggung jawab untuk meningkatkan kapasitas dan melibatkan generasi muda dalam menjaga lingkungan. Mereka memiliki kreativitas, energi, dan inovasi yang diperlukan untuk mendorong perubahan transformatif yang diperlukan untuk melestarikan air. Air, sumber daya paling berharga di planet kita, adalah sumber kehidupan. Sangat menggembirakan melihat bagaimana pemerintah, sekolah, dunia usaha, dan masyarakat sipil, secara bahu-membahu menaruh perhatian dan dukungan dalam peningkatan kapasitas lingkungan hidup masyarakat. Melalui inisiatif kolaboratif, kami berupaya mengatasi tantangan sumber daya air berkelanjutan saat ini dan masa depan.”

Dalam forum strategis ini, PPGLHK menyelenggarakan 3 sesi mengenai Peran Pemuda dan peran Sekolah Adiwiyata dalam Konservasi Air yang mengangkat isu “Youth Empowerment through Adiwiyata Schools on Water Conservation”. Dalam paparannya, Sinta Saptarina Soemiarno, Kepala PPGLHK menegaskan ”Pemerintah Indonesia memiliki komitmen tinggi dalam mengembangkan Pendidikan Lingkungan Hidup, dimana sejak 2006 memiliki Program Sekolah Adiwiyata atau Sekolah yang memiliki Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (GPBLHS). Dimulai pada tahun 2006 dengan hanya 10 sekolah percontohan di Pulau Jawa, pada akhir tahun 2023 atau 17 tahun kemudian, Sekolah Adiwiyata telah berkembang menjadi sekitar 28.270 sekolah Adiwiyata tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, Nasional dan Mandiri”.

Sekolah Adiwiyata harus memiliki 6 aspek yaitu : Konservasi Air, Sanitasi bersih, Konservasi Energi, Pengelolaan Sampah 3R, Penanaman dan Pemeliharaan Pohon dan Inovasi. Dari data hasil penilaian kepada 551 sekolah Adiwiyata Nasional dan Mandiri tahun 2023, dapat terpantau pada SIDIA (Sistem Informasi Adiwiyata) terdapat penurunan 70% penghematan air yang sebelumnya 212 juta m2/bulan menjadi 63 juta m2/bulan.

Pada kesempatan ini, PPGLHK menghadirkan narasumber dari Ditjen BPDASRH, Gita – siswi SD1 Mambang Bali, Anindia – siswi SMP12 Denpasar, Mutia – siswi SMA 6 Yogjakarta, Moh. Zidane – Mahasiswa Universitas Negeri Yogjakarta, serta Karyanto Wibowo Direktur Sustainable Development Danone.

Para siswa merupakan Kader Adiwiyata yang diharapkan akan menjadi Pemimpin di era Indonesia Emas 2025 yang memiliki keberpihakan tinggi kepada isu Lingkungan Hidup. Salah satu pembicara, Moh. Zidan merupakan Kader Adiwiyata saat berumur 12 tahun di SMP3 Balikpapan, saat ini di umur 22 tahun menjadi Presiden Green Generation Indonesia yang memiliki cabang di 34 provinsi dan 250 kota.

Narasumber Ni Putu Novea Padma Sri Gita Mahasari dari SDN 1 Mambang, Bali mengatakan “Di sekolah kita dianjurkan untuk mengikuti prinsip pramuka, yaitu cinta alam dan kasih sayang terhadap sesama manusia”.

Ni Putu Anindia Neva dari SMPN 12 Denpasar mengungkapkan “Subak bagi masyarakat Bali bukan sekedar sistem irigasi, namun merupakan sebuah konsep hidup masyarakat Bali.”

Narasumber berikutnya, Mutia Salwa Salsabila  dari SMAN 6 Yogyakarta, menceritakan SMA Negeri 6 Yogyakarta sebagai sekolah Adiwiyata bersama Komunitas Muda Wijaya Green School selalu konsisten dalam konservasi air dan inovasi air The Tundershot. “Kami membayangkan Tundershot sebagai alat yang tidak hanya membantu manusia. membuang sampah dengan benar namun juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah yang benar,” ungkapnya.

Selanjutnya, Moch. Zidane dari Universitas Negeri Yogjakarta menuturkan sejak 10 tahun yang lalu, Green Generation Indonesia terus mengepakkan sayap dan beraksi nyata di 34 provinsi dan 250 kota di Indonesia. “Dalam forum ini, kami mengajak seluruh dunia untuk bergerak bersama dan berkontribusi bagi lingkungan. Mengglobalkan gerakan Green Generation akan menjadi misi kami kedepannya,” ajak Zidane.

Sougo Noguchi, pelajar Yabe High School Jepang, secara online menyampaikan paparannya yang berjudul Lesson from Nature, katanya ”Hobi saya adalah memancing, perlu kualitas air yang baik agar ikan dapat hidup.  Di jepang, sejak kecil anak-anak diajarkan menghargai alam, misalnya dengan menjaga kebersihan sungai, bercocok tanam pertanian organik. Mari kita semua bekerja keras untuk kebaikan bersama, Think globally, act locally”.

Narasumber lainnya, Karyanto Wibowo Direktur Sustainable Development Danone menjelaskan berbagai kegiatan dan keterlibatan Danone Indonesia dalam pendidikan lingkungan hidup termasuk penyusunan Modul Air bagi Sekolah Dasar yang dapat digunakan oleh siswa dan pendidik.

Paparan-paparan ini mendapat respon positif dari pengunjung berbagai negara yang menyampaikan apresiasinya terhadap Program Sekolah Adiwiyata. Berbagai pertanyaan tentang latar belakang landasan hukum Adiwiyata hingga teknis kegiatan terkait konservasi air di sekolah menjadi bahan diskusi yang menarik. Peserta dari New Zealand mengusulkan penguatan penggunaan media sosial dan pengembangan aplikasi untuk memperkuat kampanye para siswa, sementara peserta dari India mengapresiasi teknologi sederhana yang digunakan sekolah dalam upaya konservasi air.

Apresiasi juga disampaikan peserta Senegal dimana Indonesia juga memiliki kerjasama dengan Kementerian lain yaitu Kemendikbudristek, Kementerian Agama dan Kemendagri dalam menjalankan Sekolah Adiwiyata. Mayoritas sekolah Adiwiyata, memiliki program Pemanfaatan Air hujan, program daur ulang air seperti dari air wudhu menjadi kolam ikan hingga prototipe Tundershot SMA 8 Yogjakarta, turbin mengangkat sampah dari kali. Sekolah-sekolah Adiwiyata juga memiliki berbagai Gerakan Edukasi seperti kampanye peduli lingkungan, aksi bersih-bersih bersama komunitas sekitar sekolah, pembuatan biopori dan kegiatan bermanfaat lainnya.

Sebagai penutup, Sinta Saptarina Soemiarno menyatakan ”Air merupakan sumber daya alam yang esensial bagi kehidupan manusia dan ekosistem bumi. Namun di banyak bagian dunia, akses terhadap air bersih dan sanitasi masih menjadi tantangan ditambah dengan perubahan iklim yang semakin meningkatkan tekanan terhadap ketersediaan sumber daya air. Pendidikan lingkungan hidup yang diterapkan sejak usia dini, menjadi penting untuk merubah perilaku yang lebih ramah lingkungan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Para Kader Adiwiyata yang mewakili Generasi Muda, baik itu Milenia, Gen Z dan Gen Alfa diharapkan dapat menjadi World Water Warior sehingga keinginan bersama ”Water for Shared Properity atau Air untuk Kesejahteraan Semua” dapat terwujud dengan cepat.”

Melalui 3 sesi Talkshow pada The 10th World Water Forum ini, diharapkan tercipta kesadaran dan aksi kolektif pentahelix, keterlibatan pemerintah, dunia pendidikan, dunia usaha, masyarakat global dan nasional, serta media massa dalam mengedukasi masyarakat akan konservasi air sehingga dapat menciptakan sinergi yang kuat dalam pelestarian dan pengelolaan sumber daya air.(*)

Baca selengkapnya di website KLHK

______

Jakarta, KLHK, 23 Mei 2024

Informasi lebih lanjut:
Kepala Pusat Pengembangan Generasi Lingkungan dan Kehutanan KLHK
Sinta Saptarina Soemiarno – 08164835009

Penanggung jawab berita:
Kepala Biro Hubungan Masyarakat, KLHK
U. Mamat Rahmat

Info Magang: Jelajah Hutan Masa Depan Perhutanan Sosial

Daftar di sini: desty.page/msibditkl

Magang Mahasiswa Kehutanan: https://kampusmerdeka.kemdikbud.go.id/program/magang/browse/83f37365-b48c-4c37-b7f0-f1dbf2971554/a6def3e5-fc6e-11ee-877d-ee833f3bb5c3

Magang Mahasiswa Non kehutanan: https://kampusmerdeka.kemdikbud.go.id/program/magang/browse/83f37365-b48c-4c37-b7f0-f1dbf2971554/2c59ea40-fc78-11ee-8396-5671af9c94b6

Magang Mahasiswa Programmer: https://kampusmerdeka.kemdikbud.go.id/program/magang/browse/83f37365-b48c-4c37-b7f0-f1dbf2971554/9bb6090b-fc7e-11ee-877d-ee833f3bb5c3

Rektor IPB: Teknologi Pertanian Untuk Ketahanan Pangan Dan Atasi Krisis Iklim

SIARAN PERS

Nomor: SP. 086/HUMAS/PPIP/HMS.3/4/2024

Rektor IPB University Prof Arif Satria menyatakan tantangan triple planetary crisis tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, melainkan tanggung jawab bersama. Kolaborasi antar pemangku kepentingan, mulai dari Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, dunia usaha hingga masyarakat diperlukan.

“Yang paling penting Pemerintah, Perguruan Tinggi dan masyarakat harus bersatu, karena tidak bisa mengatasi perubahan iklim itu sendiri-sendiri,” ujarnya dalam acara Festival Pengendalian Lingkungan yang diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rabu (24/4/2024).

Pada kesempatan tersebut, Ia menjelaskan triple planetary crisis bagaimana dampak terhadap pertanian di Indonesia. Pertanian memang erat kaitannya dengan tiga tantangan tersebut.

Pertanian bisa berdampak terhadap perubahan iklim, misalnya akibat dari pemupukannya yang kurang pas, atau kebutuhan airnya yang begitu besar. Namun, pertanian juga bisa ikut terdampak oleh perubahan iklim, dimana setiap kenaikan suhu 1 derajat,  maka produktivitas nasional itu bisa turun 10%.

“Oleh karena itu, apabila kita tidak mampu, untuk bisa memitigasi dengan baik perubahan iklim ini, maka produksi pangan kita memang akan cenderung menurun sehingga diperlukan langkah-langkah lebih proaktif,” ungkapnya.

IPB University sendiri telah melakukan berbagai inovasi untuk mengatasi ancaman terhadap ketahanan pangan nasional, diantaranya melalui IPB 9G, varietas baru yang tahan terhadap perubahan iklim. Varietas ini mempunyai kemampuan untuk menghemat pupuk sampai 25%, dan kemampuan untuk bisa menghemat air 10-15%.

“Artinya, yang saat ini kita khawatirkan bahwa pertanian itu boros air, sebenarnya sudah bisa kita hadirkan sebuah varietas yang lebih baik,”kata Arif.

Kemudian, terobosan kedua adalah dari sisi sistem budidayanya. IPB University mengembangkan bio imunisasi dan bio pestisida.  Dengan begitu, kita sudah mulai kurangi intervensi zat-zat kimia.

“Jadi saya kira pemerintah perlu semakin fokus untuk memperkuat kemampuan dalam intervensi yang serba bio, karena itu lebih aman terhadap manusia dan juga lebih ramah lingkungan, lebih tahan terhadap perubahan iklim dan seterusnya,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK Sigit Reliantoro mengapresiasi berbagai pihak yang ikut menyumbangkan ilmunya dalam forum yang dihadiri perwakilan pemerintah daerah termasuk Rektor IPB University Prof Arif Satria tersebut.

Sigit menjelaskan, Festival Pengendalian Lingkungan membahas target Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH), target pengawasan, serta target pemulihan yang dapat dicapai oleh pemerintah daerah. Selain itu, acara ini juga menjadi tempat berbagi ilmu dari narasumber yang berasal dari beragam sektor,

“Kita mendapat banyak ilmu dari para narasumber. Ada juga kesepakatan-kesepakatan yang dicapai misalnya target indeks kualitas lingkungan hidup, target pengawasan, dan target pemulihan. Kemudian, target respons dari dampak yang ada sudah disepakati oleh teman-teman di Provinsi, tinggal kita pelaksanaan tahun ini monitoringnya. Sekali lagi, kami sangat berterima kasih atas hal-hal tersebut,” ujarnya.

Melalui Festival Pengendalian Lingkungan, KLHK mengajak Dinas Lingkungan Hidup di daerah untuk memanfaatkan fakta-fakta dan ilmu yang dibagikan dalam acara tersebut sebagai dasar untuk bernegosiasi, meminta dukungan anggaran dari DPRD, meminta dukungan politik dari Pimpinan Daerah dan juga meyakinkan dinas yang lain agar memiliki visi yang sama dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim, kerusakan lingkungan dan kehilangan keanekaragaman hayati.

_

Jakarta, KLHK, 26 April 2024

Penanggung jawab berita:

Kepala Biro Hubungan Masyarakat, KLHK

U Mamat Rahmat

PPID Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan