Baca Selengkapnya di nusabali.com
Konsisten Kelola Sampah, Berdayakan Anak-anak hingga IRT
SINGARAJA, NusaBali
Campur tangan perempuan dalam pelestarian lingkungan tidak perlu diragukan. Komang Anik Sugiani, wakili sosok perempuan inspiratif asal Buleleng yang mampu membuktikan diri. Melalui Yayasan Proyek Jyoti Bali yang secara konsisten mengelola sampah untuk kelestarian lingkungan, mengantarkannya meraih penghargaan Kalpataru 2024, kategori Perintis Lingkungan. Penghargaan itu diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI.
Anik saat mengisi acara Podcast Dinas Kominfosanti Buleleng, Selasa (16/7) menjelaskan kepeduliannya terhadap lingkungan sudah dimulai sejak tahun 2009 silam. Saat itu perempuan kelahiran Tajun, 3 Maret 1990 ini berkomitmen untuk memulainya dari diri sendiri. Dia pun mulai mengumpulkan sampah plastik untuk diolah menjadi barang ekonomis.
Seiring berjalannya waktu, dia ingin mengimbaskan praktik baik pengelolaan sampah kepada lingkungan sekitarnya. Hingga pada tahun 2016, dia membentuk komunitas peduli lingkungan dan pada tahun 2020 mendirikan Yayasan Proyek Jyoti Bali yang bermarkas di Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.
“Awalnya banyak yang menganggap kegigihan saya mengelola sampah ini gila. Tapi saya yakin sampah bisa menjadi hal berharga,” ucap Anik. Wakil Direktur III Bidang Kemahasiswaan di Politeknik Ganesha Guru Bali, dalam yayasan tersebut memberdayakan Ibu Rumah Tangga (IRT) dan juga anak-anak di Desa Mengening untuk mengelola sampah plastik.
Anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Ketut Suasa dan Komang Suwedini ini menyebut pemberdayaan anak-anak, merupakan upaya edukasi dan penanaman karakter sejak dini untuk peduli pada lingkungan. Sedangkan IRT juga diajak mengelola sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomis, pendapatan tambahan dari mengelola sampah plastik.
Kini Yayasan Proyek Jyoti Bali mengelola sekitar 24,6 ton sampah plastik per tahun dengan bantuan mesin pencacah plastik dari Pertamina Foundation. Selain plastik cacah, sampah-sampah plastik itu juga disulap menjadi produk-produk bernilai ekonomi dan bermanfaat. Seperti sofa dari ecobrick dan bantal dari cacahan plastik, telah dipasarkan hingga luar Bali.
Yayasannya bekerja sama dengan berbagai komunitas dan pemerintah desa dalam menjalankan program gerebek sampah. Sampah rumah tangga warga setempat dikumpulkan dan dapat ditukarkan dengan sembako atau bibit tanaman.
Selain itu Anik juga menginisiasi program sawah eco enzym. Lahan percontohannya dilakukan di Desa Kedis, Kecamatan Busungbiu, Buleleng. Desa yang sedang merintis sebagai desa pariwisata dengan pertanian organiknya itu mencoba menerapkan eco enzym dalam pemupukan tanaman padi.
Selain mengurangi pupuk kimia dan menciptakan bahan pangan alami, nasi dari beras di lahan aco enzym ini bisa lebih tahan lama. Nasi yang sudah dimasak bisa tahan hingga tiga hari. Selain kelebihan lainnya memberikan hasil panen yang lebih banyak dan manfaat kesehatan bagi konsumen.
“Tantangan utamanya mengajak orang untuk konsisten dalam pengelolaan sampah. Yang terpenting adalah konsistensi dan keberlanjutan kegiatan. Kalpataru ini adalah bonus dari konsistensi selama ini,” terang lulusan Doktor Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang ini. Ke depannya Anik berangan-angan ingin membuat Green School gratis. Program ini ditujukan pada anak-anak kurang mampu dengan dukungan dari beberapa donatur