KTH Wanapaksi Terima Kalpataru dari Menteri LHK

KTH Wanapaksi Terima Kalpataru dari Menteri LHK

Sumber: Harian Jogja

JOGJA—Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Prof. Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc. menyerahkan penghargaan Kalpataru kepada Ketua KTH Wanapaksi, Djarwo untuk Kategori Penyelamat Lingkungan, Rabu (5/6/2024) di ruang Auditorium Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat, dalam acara memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Pj. Bupati Kulonprogo Ir. Srie Nurkyatsiwi, MMA menyambut baik dan bangga atas penghargaan yang diperoleh oleh KTH Wanapaksi. Ia berharap penghargaan tersebut dapat memberikan inspirasi bagi semua pihak untuk terus menjaga kelestarian lingkungan.

Djarwo, didampingi Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kulon Progo, Ir. Bambang Tri Budi Harsono, MM dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kulon Progo, Ir. Gusdi Hartono, MT menjelaskan Kelompok Tani Hutan (KTH) Wanapaksi merupakan kelompok tani hutan yang memiliki upaya pelestarian lingkungan di Kalurahan Jatimulyo Girimulyo, Kulon Progo khususnya bagi populasi burung. KTH Wanapaksi berdiri pada 2 Desember 2018, di Kalurahan Jatimulyo, Kapanewon Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo.

KTH Wanapaksi memiliki tujuan membangun kualitas kesejahteraan hidup bersama untuk masa kini dan masal depan melalui kegiatan aneka usaha berwawasan konservasi. Dengan sasaran anggota kelompok adalah masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar kawasan hutan. KTH Wanapaksi banyak melakukan kegiatan-kegiatan seperti konservasi bersama masyarakat serta mitra-mitra terkait. Saat ini KTH Wanapaksi memiliki beberapa usaha seperti peternakan lebah madu tanpa sengat atau klanceng, usaha ekowisata pengamatan burung, dan program adopsi burung bersarang.

Gusdi Hartono menambahkan KTH Wanapaksi dinilai oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI, 22 April 2024 dengan menerjunkan tim verifikator menyelidiki kondisi lapangan dan memastikan bahwa ekosistem burung yang beragam tetap terjaga dan terlindungi. Mereka memeriksa keberadaan habitat alami, ketersediaan sumber daya yang diperlukan untuk kelangsungan hidup burung, serta upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi ancaman terhadap populasi burung di area tersebut.

Sumber:  Harian Jogja, ditulis oleh: Mediani Dyah Natalia